Kisah Mantan KNIL - Arsif NKRI
Home » » Kisah Mantan KNIL

Kisah Mantan KNIL

Posted by AN
Arsif NKRI, Updated at: December 24, 2016

Posted by AN on Saturday 24 December 2016

Sidi Kartasasmita lahir di Cihaur, Ciamis 20 November 1911, agar bisa masuk KMA Didi mengubah tahunnya menjadi 1935.

"Saya menjadi KNIL demi perut, tampaknya beberapa rekan saya juga begitu. Mereka menjadi alat pemerintah kolonial bukan bukan karena idiologi, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup..."

Pasca proklamasi Sukarno Hatta, sebagian bekas perwira KNIL itu mendukung gerakan kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka berdiri dibelakangnya dan siap melaksanakan apa yang diminta pemerintah baru, Republik Indonesia

Didi Kartasasmita, salah satu dari bekas perwira KNIL itu, ikut menentukan keberpihakan bekas perwira KNIL pada republik baru. Dikalangan bekas perwira KNIL sendiri paling dominan dalam TNI adalah KNIL angkatan-angkatan terakhir macam Nasution setelah kelompok perwira tua tersingkir satu persatu dari tentara baru itu. Didi adalah lulusan KMA Breda tahun 1938 dan menjadi perwira KNIL sampai PD II meletus dan akhirnya diinternir Jepang.

Sebagai dukungannya pada Republik, Didi mencari para bekas KNILA yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk mengumpulkan tanda tangan untuk mendukung pernyataan yang dibuatnya bersam Soedibyo dan Samidjo.

Tanggal 23 Februaru 1946 Sebagai anggota Dewan siasat Khusua Militer pada markas pertahanan Jawa Tengah. Tanggal 21 Mei 1946 menjadi Panglima Komandemen Jawa Barat - kemudian bernama divisi, lalu menjadi KODAM Siliwangi seperti sekarang ini. Tanggal 1 juli 1946, diangkat sebagai Inseptur Intantrie.

Ketika di dalam tubuh TKR terjadi politik "kepentingan" sebuah kelompok, satu persatu mantan perwira KNIL seperti Urif Sumoharjo menghilang dari markas Beaar TKR dan Didi Kartasasmita lalu mengundurkan diri dan hidup di pariangan karena merasa tidak lagi diterima dalam Markas Besar TKR. Perannya di TKR dianggapnya sudah cukup dalam pendirian Markas Besar TKR di Jogjakarta. Organisasi Tentara pun sudah dia rancang. Sebagai sosok yang tidak ambisius, dirinya merasa lebih baik mundur dan jalani hari tuanya dengan tenang.

Markas Besar TKR hanya menyisakan beberapa mantan perwira KNIL yang lebih mida. Suryadarma dan Didi Kartasasmita lalu digolongkan sebagai orang tua setelah kepergian Urip dari dinas Militer. Perwira lain adalah perwira mantan KNIL seperti Nasution dan Simatupang. Meski muda, mereka cukup briliyan dalam TKR, meski tidak disenangi. Nasution adalah satu-satunya mantan perwira KNIL yang bisa mencapai jabatan tinggi dalam ketentaraan, sebagai KSAD lalu menjadi panglima tertinggi angkatan perang dalam kurun waktu yang cukup lama dan berliku karena ditentang banyak perwira mantan PETA.

Didi, mengaku berberat hati, menulis surat pengunduran dirinya pada Presiden tanggal 20 April 1947. Surat itu tidak berbalas dengan pengabulan dari Pemerintah. Didi tetap saja diberi posisi tidak strategis di ketentaraan selama setahun lebih. Akhirnya, pada 31 juni 1948. Didi resmi tidak berhubungan dengan tentara republik yang pernah dia bangun. Pasca pengunduran dirinya Didi kembali ke Jawa Barat.

Dalam perjalanan, Didi dibawa tentara Belanda yang menangkapnya ke Purwokerto. Dari Purwokerto Didi dibawa ke Semarang. Dan terbang dari lapangan udara Didi kemudian menwtap di Bandung. Diman Didi dibujuk untuk jadi komandan Veilligheids Bataljon Pasundan Bandung. Namun Didi lebih memilih bekerja di dinas kesehatan Negara Pasundan saja.

Dibanding, Sultan Hamid II, Soeriasentoso dan lainnya, Didi jauh dari klaim penghianat Indonesia. Meski kecewa setidaknya Didi pernah membangun tentara Republik di awal kemerdekaan.

Sumber : Buku KNIL , Bom waktu tinggalan Belanda . Hal 63 - 71

Penulis : Petrik M

Share This Post :

0 comments:

Post a Comment

Post Terbaru

 
Copyright © 2015 Arsif NKRI.
Design by Creating Website and CB Design