Kisah Soekarno Ditodong Pistol Saat Penanda Tanganan Supersemar - Arsif NKRI
Home » » Kisah Soekarno Ditodong Pistol Saat Penanda Tanganan Supersemar

Kisah Soekarno Ditodong Pistol Saat Penanda Tanganan Supersemar

Posted by Unknown
Arsif NKRI, Updated at: March 22, 2017

Posted by Unknown on Wednesday 22 March 2017

Sekitar pukul 01.00 WIB dinihari tanggal 11 Maret 1966, ada 4 orang jenderal (yang telah disebut diatas) datang ke Istana Bogor untuk bertemu Presiden Soekarno.


Saat itu, presiden Soekarno hampir tidur, karena saat itu seorang ajudan bernama Wilardjito sedang bertugas, ia mengetuk pintu kamar Presiden Soekarno dan memberitahu ada tamu datang.

"Paduka, ada tamu,"

Jawab Presiden: Siapa?"

"Basuki Rachmat, Amir Machmud, M. Yusuf dan Jenderal Panggabean."

"Ada apa?"

"Saya tidak tahu, paduka."

Setelah mendengar laporan itu, Presiden Soekarno langsun keluar kamar memakai piyama menuju ruang tamu. Wilardjito mengikuti Presiden dari belakang. Kepada 4 jendral tersebut Presiden bertanya, "Ada apa datang malam-malam?"

"Ini mohon ditandatangi karena situasi sudah genting," kata Brigjend M. Yusuf sembari menyodorkan stopmap berwarna pink.

Bersamaan dengan itu, Basuki Rachmat dan M. Panggabean mencabut pistol dari pinggangnya dan menodongkanny kepada Presiden Soekarno.

Melihat itu, Wilardjito juga langsung mencabut pistolnya karena keselamatan Presiden sedang terancam. Keselamatan Presiden adalah tanggung jawabnya.

Melihat situasi ini, Presiden melarang Wilardjito dan mengatakan, "jangan, jangan....!!"

Ketika stopmap warna pink itu dibuka dan dibaca oleh Presiden, beliau kaget. "Ini diktumnya kok diktum militer? Bukan diktum kepresidenan?"

Dengan bernada memaksa, Brigjend Amir Machmud mengatakan, "untuk mengubah, waktunya sudah sempit".

"Ya sudah kalau saya memang harus menyerahkan kepada Harto. Tapi kalau situasinya sudah baik, mandat ini kembali kepada saya," kata Presiden Soekarno. Saat itulah Supersemar ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Beberapa hari kemudian satu persatu wewenang dan kekuasaan Soekarno dipreteli oleh Jendral Soeharto. Satu persatu pula orang-orang terdekatnya ditangkapi oleh kopkamtib bentukan Soeharto, mulai dari loyalis loyalisnya di pemerintahan, partai sampai ke ajudan-ajudan pribadinya. Termasuk seorang bernama Maulwi Saelan, wakil komandan pengawal pribadi Cakrabirawa.

Tak berapa lama kemudian Sang Pemimpin besar Revolusi diperintahkan atau lebih tepatnya diusir dari istana. Dengan hanya memakai Kaus Oblong cap cabe lusuh, celana piyama dan bajunya yang disampirkan di bahu beliau hengkang dari Istana tempat dia memerintah negeri dengan penduduk nyaris berjumlah 100 Juta jiwa (saat itu) semenjak kemerdekaannya di tahun 1945.

Melihat hal ini semua ajudan yang tersiksa menangis tak tega melihat "sang paduka" keluar dari istananya bak seekor anjing tua yang diusir dari rumahnya oleh segerombolan rampok.

Kolonel Maulwi Saelan bahkan sempat berteriak menahan marah, dengan berlinang air mata kolonel CPM ini berberkata:

"Pak..., kenapa bapak diam saja diperlakukan begini...? Kenapa bapak tidak melawan...? Lawan pak...!! Masih banyak rakyat yang mendukung dan mencintai bapak diluar sana..., kamipun siap membela bapak dengan nyawa kami...."

Dengan menyungginkan senyum khasnya Bung Karno berkata: "tidak Saelan..., aku mampu melawan, namun jika aku melawan bangsaku akan menuju perang saudara. Perang saudara itu sulit Saelan...., jika kita dulu melawan Belanda..., mereka hidungnyapun berbeda dengan kiata, tapi ini... hidung mereka sama dengan hidungku, hidungmu juga Saelan...., jadi biarlah aku hancur lebur daripada melihat bangsaku membunuh satu sama lain. Kelak sejarah akan membuktikan aku atau Harto yang benar...."


Demikianlah... dengan Gagah Soekarno meninggalkan Istana merdeka, lambang kekuasaan di Republik ini. Nasib buruk menghantui beliau semenjak itu. Setelah dicabut mandatnya sebagai Presiden oleh MPRS yang dikuasai oleh hegemoni kekuasaan Soeharto dan Jendral Nasution beliau menjadi tahanan negara. Dalam keadaan sakit ginjal parah beliau dipindahkan dari satu rumah tahanan ke rumah tahanan lainnya.

Berbagai perlakuan tak adil dan semena-mena dialaminya. Mulai dari dijauhkan dari keluarga, orang-orang terdekat, kawan seperjuangan dan rakyatnya sendiri sampai dirawatnya beliau oleh seorang dokter hewan dalam keadaan sakit yang sangat parah.

Sedari muda telah berjuang memerdeka-kan bangsanya dari penjajahan. Babak belur keluar masuk dari penjara satu ke penjara lainnya. Dari satu pengasingan ke pengasingan lainnya. Mulai dari penjara Sukamiskin sampai ke Flores, di akhir hidupnya Sang Proklamator ini hidup dalam kehinaan. Bangsa yang dibela seumur hidupnya berbalik menghianati dirinya. Namun itu lebih dia pilih ketibang ngotot mempertahan kekuasaan diatas mayat jutaan rakyatnya yang saling bunuh satu sama lain.

Ada ungkapan Revolusi selalu memakan anaknya sendiri, mungkin inilah yang dialami Seokarno. Dikatan dia adalah seorang pemimpin yang kharismatik, tegas, cerdas dan elegan. Kenedy presiden Amerik segan padanya, begitupun dengan Nikita Kruschev pemimpin Soviet Rusia. Mao ze Dong dan Chou En Lay dari China dalah sahabat karibnya, begitupula Fidel Castro dan si ikon pemberontak Ernesto Che Guevara. Gammal Abdel Nasser dari Mesir mengaguminya, Sri Pandit Jawahatlal Nehru adalah teman diskusinya.

Ia juga adalah seorang yang piawai dalam urusan wanita, entah berapa banyaknya wanita cantik yang mampir ke dalam pelukannya semenjak dia muda.

Mulai dari noni-noni Belanda saat dia sekolah di HBS dan ELS dulu sampai ke artis bomb sex Marlyn Monroe yang konon pernah terpikat dengan kharismanya sebagai seorang laki-laki.


Namun ia juga seorang pemimpin yang bertangan besi dan politisi yang kejam. Ia sempat terlena dalam kekuasaannya, dalam alunan nina bobo orang yang sok menjadi loyalisnya seperti Soebandrio dan Aidit dari PKI. Dia memenjarakan beberapa tokoh Islam tanpa pengadilan (Buya Hamka salah satunya) dan bahkan memerintahkan eksekusi tokoh Islam lainnya (SM. Kartosuwiryo misalnya). Tak heran jika Bung Hatta pun menyingkir dari sisinya.

Tapi terlepas dari segala kekurangannya dan kelebihannya sebagai seorang manusia itu Soekarno tetaplah seorang pemimpin yang kharismatik dan dicintai rakyatnya bahkan jauh setelah masa hidupnya.

Dia adalah seorang Revolusioner yang romantis namun juga militan yang sangat mencintai rakyatnya, negaranya, bangsanya. Dan menyerahnya dia Menandatangani Supersemar yang sebenarnya surat penycopotan kekuasaan dibawah todongan pistol tiga jenderal utusan Soeharto adalah bukti bahwa dia bukanlah seorang Megalomaniac. Seperti katanya:

"BIARLAH AKU HANCUR LEBUR DARIPADA MELIHAT BANGSAKU MEMBUNUH SATU SAMA LAIN...."



👨👩 Sebuah renungan bagi kita yang saat ini sedang menyaksikan sebuah drama suksesi di negeri para Fir'aun, negeri yang memiliki hubungan emusional cukup dalam dengan kita baik sebagi bangsa Indonesia maupun sebagai muslim.

⚫ Drama berdarah dan memuakkan dengan dua orang tokoh megalomaniac bernama Mursi dan Asisi sebagai tokoh utamanya dan Tel Aviv - Washington production house nya.

⚫ Sebuah drama kolosal yang pemainnya adalah sebuah organisasi Islam bernama Ikhwanul Muslimin di dukung oleh Partai Salafi yang juga punya francise nya negeri ini.

⚫ Sebuah lakon yang satir menjijikan karena agama dijadikan warna dan bambu pedas yang bikin perut mules bahkan hanya dengan mencium baunya saja.

⚫ Sebuah kisah Coup d'etat yang membuat sebagian pemuda muslim di negeri ini menjadi semakin labil, memindahkan dukungan dari negeri satu ke negeri lainnya tapi melupakan negeri sendiri dengan alasan basi solidaritas sesama Muslim. Bahkan mereka tak segan mengkafirkan negeri ini, sungguh sebuah tindakan yang tak tahu diri....!

Namun satu hal yang pasti bisa dilihat oleh seorang penonton drama penodongan Soekarno dan drama Suksesi Mesir saat itu:

Sangatlah jauh bedanya seorang negarawan sekaligus bapak bangsa dengan seorang Megalomaniac Gila Kuasa....

Ditulis oleh: Johan Yusuf

Share This Post :

1 comments:

  1. Sebenarnya ada jenderal satu lagi yang menodong Bung Karno dengan pistol FN-46 yaitu Maraden Panggabean.

    ReplyDelete

Post Terbaru

 
Copyright © 2015 Arsif NKRI.
Design by Creating Website and CB Design