SILIWANGI HIJRAH - Arsif NKRI
Home » » SILIWANGI HIJRAH

SILIWANGI HIJRAH

Posted by AN
Arsif NKRI, Updated at: December 10, 2016

Posted by AN on Saturday 10 December 2016


Cirebon 1 Februari 1948, ribuan angota Divisi Siliwangi mulai bergerak meninggalkan daerah Jawa Barat menuju Jawa Tengah dan Yogyakarta. Situasi ini merupakan konsekuensi logis dari kesepakatan pemerintah Indonesia dengan Belanda pada Perundingan Renville.

Salah satu klausul kesepakatan menyebutkan pemerintah Indonesia harus mengosongkan daerah-daerah yang masuk Garis van Mook, di antaranya Jawa Barat. Itu artinya, tentara dan aparat pemerintahan harus hijrah ke wilayah resmi Indonesia yang hanya meliputi Yogyakarta, Surakarta, Kediri, Kedu, Madiun, sebagian keresidenan Semarang, Pekalongan, Tegal bagian selatan dan Banyumas.

Sebagian dari 6000 anggota Divisi Siliwangi beserta seluruh anggota inti keluarganya (diperkirakan berjumlah sampai 29.000 orang) melakukan hijrah ke Jawa Tengah melalui laut. Mereka diangkut dari pelabuhan Cirebon menuju pelabuhan Rembang. Sebagian lagi diangkut lewat kereta api. Anggota Siliwangi yang dikirim lewat kereta berkumpul lebih dulu di stasiun Parujakan (1 km sebelah selatan dari stasiun Cirebon sekarang) untuk diangkut ke Yogya.


Bisa dikatakan proses hijrah Siliwangi ke daerah republik berjalan lancar. Ini sangat berlawanan dengan situasi saat mereka harus kembali lagi ke Jawa Barat via long march, menyusul hancurnya kesepakatan Perjanjian Renville akibat agresi belanda pada 19 Desember 1948.

Saat perjalanan menuju kampung mereka kembali (berjarak kurang lebih 900 km), berbagai rintangan kerap menyerang mereka: mulai kelaparan, penyakit hingga serangan militer belanda dan pasukan DI TII. HJC.

Princen, serdadu Belanda yang membelot ke Siliwangi melukiskan proses long march itu sebagai "darah dan air mata serta kemunafikan" “…Dua setengah bulan ikut menyusuri jarak 900 km dengan kaki telanjang dan melihat desa-desa dibakar pesawat Belanda, meyakinkanku bahwa kecanggihan dalih-dalih, tentara terlatih,kesombongan, gengsi diri berlebihan adalah sebab dari semua pembunuhan itu berlangsung…,”tulisnya dalam Gerilya yang Tak Pernah Selesai. Oh ya, saya selalu bangga dan terharu setiap melihat

foto ini. Anda lihat penampilan sederhana mereka dibandingkan tentara Belanda? Tapi lihat tatapan mereka: tatapan manusia-manusa yang punya harga diri.(hendijo)

Share This Post :

0 comments:

Post a Comment

Post Terbaru

 
Copyright © 2015 Arsif NKRI.
Design by Creating Website and CB Design