Peristiwa Penembakan Rene Coenrad di ITB - Arsif NKRI
Home » » Peristiwa Penembakan Rene Coenrad di ITB

Peristiwa Penembakan Rene Coenrad di ITB

Posted by AN
Arsif NKRI, Updated at: December 31, 2016

Posted by AN on Saturday 31 December 2016



PERISTIWA PENEMBAKAN RENE COENRAD DI ITB. Pada sekitar 1970 adalah awal "bubarnya" hubungan harmonis antara tentara dan mahasiswa. Melihat tingkah laku tentara dan polisi yang sok bwrkuasa terhadap rakyat, muncul rasa tidak puas di kalangan mahasiswa, terhadap militer.

Rasa puas semakin mengental saat dalam rangka "Dwi Fungsi ABRI" pemerintahan memberlakujan kurikulum "Wajib latih mahasiswa" (Walawa). Imbasnya mahasiswa harus dibentuk persis seperti seorang tentara: harus penurut dan dilarang berambut gondrong. Maka maraklah razia besar-besaran terhadap mahasiswa yang berambut gondrong oleh polisi dan tentara. Banyak mahasiswa dan pemuda yang di tangkapi di jalan-jalan, lalu digunduli. Hubungan militer-mahasiswa pun tegang.

Guna menormalkan situasi, pihak kepolisiaan RI membuat inisiatif pertandingan sepakbola persahabatan antara pihak AKABRI kepolisian dengan mahasiswa ITB di kampus ITB. Alih-alih mwnjadi damai, momen ini malah digunakan oleh sebagian mahasiswa untuk melampiaskan rasa kesalnya terhadap polisi.

Sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi lain, seperti Univeraitas Padjadjaran dan Univeraitas Parahyangan pun datang menyaksikan pertandingan itu. Sebagai bentuk bahan cemohan, beberapa mahasiswa gondrong membawa gunting dan mengejek-ejek pihak Polisi sambil teriak-teriak, "Katanya ga boleh gondrong, ayooo gundulin gue!"

Taruna-taruna Akpol yang juga anak muda tentu saja naik pitam diejek-ejek demikian. Sebagian merwka lantas mengeluarkan pistol dan mengancam akan menembak para mahasiswa. Bukannya takut, mahasiswa malah mengusir para taruna itu dari kampus. Tidak berakhir disana, para taruna itu ternyata tidak terus pulang namun malah kembali dan membawa bala bantuan. Mereka juga membawa sepasukan Brimob ke kampus ITB.

Maka pecahlah bentrok yang berujung kematian seorang mahasiswa ITB yang bernama Rene Lois Coenrad.

Rene sesungguhnya bukan mahasiswa yang tengah terlibat dalam bentrok. Ia yang katanya belakangan masuk kampus dengan mengendarai sepeda motor Harley Davidsonnya ditembak hingga tewas. Mayatnya dibuang ke atas kendaraan polisi begitu saja, lalu ditaruh digudang. Menurut sebagian pihak, andaikan Rene segera dibawa ke dokter, kemungkinan ia tidak harus meninggal.

Tewasnya Rene membuat kampus di Bandung senakin panas dan mencekam. Di mana-mana terjadi demontrasi besar-besaran. Kendaraan-kendaraan umum dicegati mahasiswa dan bila ditemukan ada tentara di dalamnya, mereka akan diturunkan lalu diusir. Konon markas polisi di jalan Dago menjadi kosong melongpong karena semua poisi pada menyembunyikan diri.

Panser-panser yang dikerahkan untuk menghentikan demontrasi pun sibuat tak berdaya dalam kepungan mahasiswa.

Belakangan diketahui bahwa yang menembak Rene adalah taruna AKABRI kepolisian. Namun karena taruna itu konon adalah anak seorang Jendral, maka yang dikorbankan adalah seorang anggota Brimmob, Brigadir Polisi Dua Djani Maman Surjaman.

Pada saat pengadilan sang Brimob tersebut, mahasiswa malah mwlakukan pembelaan terhadap sang Brimob. Mereka kemudian meminta pengacara kawakan Adnan Buyung Nasution untuk menjadi pengacaranya. Selihai apapun Bang Buyung, ia tak berdaya mengahadapi liciknya kekuasaan Orde Baru.

Sidang Mahkamah Militer Priangan-Bogor pada Desember 1970 tetap memponis Sidang Mahkamah Militer Priangan-Bogor pada Sesember 1970 tetap memvonis Djani dengan hukuman 5 tahun 8 bulan penjara (tetapi setelah melakukan banding Mahkamah Kepolisian Tinggi 13 April 1972 memberikan vonis berbeda yaitu 1 tahun 6 bulan). Usai dipenjara, Djani Maman Surjaman kembali bertugas seperti biasa di Kepolisian RI.
hendijo


Share This Post :

0 comments:

Post a Comment

Post Terbaru

 
Copyright © 2015 Arsif NKRI.
Design by Creating Website and CB Design